Ringkasan :
Buku Prahara Bangsa mengajak pembaca untuk bersiap atas datangnya era "serangan hibrida." Serangan ini melanda seluruh populasi dunia bersenjatakan disinformasi, strategi desepsi, dan desepsi berbasis kecerdasan buatan tercanggih yang terkesan natural. Ironisnya, alih-alih mengantisipasi kondisi tersebut, sebagian besar pemegang otoritas negeri ini justru kian tenggelam dalam kebodohan, berlomba dalam kerakusan, serta melawan kebe- naran. Prahara Bangsa mendeskripsikan puncak-puncak anomali, keti- dakjujuran, kerakusan, kesalahan, kebodohan, dan kejahatan dalam mengelola negara di bawah kendali kudeta korporasi. Penu- lis memprediksi, jika dalam rentang 2024-2029 anomali ini terus berlangsung, maka disintegrasi bangsa pada 2035-2040 akan men- jadi nyata. Bertalian dengan fenomena itu, ada agenda New World Order yang kerap ditepis dengan label teori konspirasi. Faktanya, setiap Presi- den AS selalu menggunakan terminologi ini dalam konteks hege- moni dan dominasi yang membelah dunia. Begitu pulalah yang terjadi pada tiap negara yang diintervensi oleh AS, baik secara langsung dan terbuka dengan kekuatan militer, atau secara diam-diam yang diinvasi melalui kekuatan modal beserta teknolo- gi informasi dan komunikasi. Mengutip Ghost Fleet: A Novel of The Next World War, karya ahli strategi CIA, August Cole dan PW Singer, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto pernah menegaskan ramalan senada. Bahwa pada 2030, NKRI sudah tidak akan ada lagi. Sebagai Presiden ke-8 RI, akankah Prabowo membiarkan hal itu terjadi? Akankah ia komit melaksanakan pasal 11 AD Gerindra: Mempertahankan dan mengamalkan Pancasila serta menegakkan UUD 1945 sebagaimana ditetapkan pada 18 Agustus 1945, secara murni dan konsekuen? Dalam konteks itulah buku Prahara Bangsa hadir untuk mengin- gatkan mereka yang masih terpanggil untuk menegakkan the dignity of a nation, the dignity of people, dan the dignity of Indonesia Bibliografi : halaman 385-395

Daftar copy :

 

Diproses dalam : 0.1597101688385 detik