Ringkasan :
Buku yang ada di tangan pembaca ini menggaris bawahi krisis epistemik dan empirik yang menimpa umat manusia akhir-akhir ini. Buku ini selanjutnya menguraikan beragam paradigma integrasi yang pernah muncul dalam sejarah intelektual Islam, mulai dari pandangan Abū Hamid al-Ghazzālī sampai Ziauddin Sardar. Empat langkah integrasi yang penulis advokasi dalam buku ini adalah sebagai berikut. Pertama, pentingnya bagi para sarjana muslim untuk menginternalisasi pandangan dunia Islami dalam aktivitas akademik di perguruan tinggi. Kedua, mereka perlu menempatkan al-Quran dan Sunnah dalam posisi yang sentral, khususnya dengan cara mencari pedoman etis dari keduanya untuk disiplin masing-masing. Ketiga, para sarjana muslim perlu mengekskavasi dan mengkontekstualisasikan turas (tradisi intelektual Islam) yang secara kuantitatif dan kualitatif sangat fenomenal. Selama ini dalam memori umat Islam, turas hanya identik dengan peninggalan keilmuan di bidang ilmu-ilmu syariah, padahal ia juga warisan yang kaya pada bidang sains, dan sosial humaniora. Keempat, para sarjana muslim perlu berdialog dengan sains dan sosial humaniora modern, termasuk mengikuti diskursus dekolonisasi dan future studies yang telah mulai dikaji di kalangan sarjana muslim di dunia Barat. Buku ini lahir dalam rangka menambahkan nuansa pada diskursus integrasi keilmuan yang sudah bergulir cukup lama di tanah air. Selain mengelaborasi paradigma, penulis juga mengajukan tawaran pola implementasi nya di tingkat perguruan tinggi, khususnya terkait dengan kemungkinan bagaimana setiap langkah metodologis nya dapat diterapkan pada bidang pengajaran dan penelitian. Catatan : bibliografi halaman 238-251, Indeks

Daftar copy :

 

Diproses dalam : 0.15039300918579 detik