Ringkasan :
Adanya perkembangan internet berserta sikap kritis warganet seakan menegaskan bahwa untuk membentuk opini publik pada era digital seperti sekarang ini bukanlah semata-mata dengan menggunakan media konvensional yang selama ini kita kenal seperti televisi, surat kabar, majalah, radio, ataupun tabloid. Seakan orang sudah bergantung dari sumber-sumber daring. Menjadikan para blogger dan vlogger sebagai sumber referensi utama bahkan menjadi Key Opinion Leader dibandingkan sumber resminya. Kita bisa melihat contoh kasus pada brand mie instant dengan merek Samyang dan produk kosmetik Purbasari yang bisa ramai di masyarakat hanya berdasarkan ulasan para blogger dan vloger. Fakta bahwa banyak orang yang beralih pada internet sebagai sumber referensi sehingga disinyalir sebagai musabab turunnya bisnis media luring seperti TV dan sebagainya. Namun benarkah media konvensional sudah tidak punya pengaruh lagi dalam membentuk opini publik dan praktisi PR juga harus beralih fokus pada media internet semata? Buku ajar yang dihadirkan penulis ini menegaskan bahwa media massa masih memiliki pengaruh kuat bagi masyarakat Mereka membuktikan bahwa media massa masih memiliki kesaktian terutama di masa-masa krisis informasi. Publik masih membutulıkan surat kabar dan televisi untuk mengkonfirmasi berita yang mereka dapat di sumber daring sebab surat kabar dan televisi dianggap memiliki kredibilitas lebih tinggi dibandingkan sumber informasi internet. Menjadikan masyarakarat belum yakin jika belum membaca atau menonton berita tersebut di media-media konvensional. Maka, seorang praktisi PR harus terus berkomunikasi dengan para jurnalis, menjalin relasi positif dengan para redaktur media serta kooperatif dalam setiap kebutuhan informasi para pelaku bisnis berita ini.

Daftar copy :

 

Diproses dalam : 0.16252183914185 detik