Penulis : Eko Kurniawan
Tanggal Publikasi : 14 December 2021
Dalam kehidupan bermasyarakat dan kelembagaan tidak bisa dihindarkan timbulnya konflik. Konflik merupakan kejadian alamiah yang terjadi sejak manusia menjadi penghuni bumi ini. Qabil dan Habil (keduanya putra Nabi Adam A.s.) pernah konflik tentang wanita yang akan diperistri. Konflik ini berlanjut dengan timbulnya dengki sesama saudara kandung lantaran qurban yang satu diterima dan yang lain tidak diterima.
Konflik sebenarnya merupakan bentuk pertentangan satu pihak dengan pihak lain. Konflik dalam suatu organisasi (perpustakaan misalnya) dapat terjadi lantaran keterbatasan sumber daya, perbedaan pendidikan, perbedaan status kepegawaian, perbedaan persepsi, dan lainnya.
Apabila konflik ini tidak segera diatasi, sangat mungkin bisa mengacaukan perjalanan lembaga. Namun apabila masalah ini bisa dikelola secara baik, sangat mungkin menjadi kekuatan. Untuk itu perlu dipahami penyebab, ekspresi konflik, macam-macam konflik, dan cara penyelesaian konflik.
Sebab-sebab konflik
Terdapat beberapa faktor yang menyulut terjadinya konflik.Secara umum dapat dikatakan bahwa konflik bisa disebabkan oleh kesalahan komunikasi (miscommunication), perbedaan tingkat pendidikan, perbedaan politik, perbedaan agama, perbedaan ras dan suku, perbedaan kepribadian, bahkan bisa konflik itu terjadi dari pihak ketiga.
Konflik dalam suatu lembaga (perpustakaan misalnya) bisa terjadi karena beberapa hal. Dalam hal ini Simor Fisher (2000, dalam Lasa Hs, 2017: 35) menyatakan bahwa penyebab konflik lembaga adalah sebagai berikut:
a. Saluran dialog tidak berfungsi dengan baik
Konflik ini bisa terjadi lantaran komunikasi dua arah kurang lancar bahkan cenderung macet. Media dialog nyaris tidak ada. Kondisi ini bisa saja terjadi karena pimpinan tertutup, otoriter, dan tidak mau menerima masukan/usulan dari bawah. Bisa juga disebabkan bahwa anak buah dianggap bodoh dan tidak memiliki hak bicara
b. Suara-suara ketidaksepakatan dan keluhan tidak direspon dengan baik
Apabila keluhan dan ketidaksepakatan tidak segera diatasi, maka akan menyulut adanya konflik. Keadaan ini perlu diditeksi sejak awal, apabila tidak percikan api akan membesar dan bisa mengganggu kinerja perpustakaan.
c. Terjadi keadaan yang tidak stabil, ketidakadilan, dan ketakutan.
Perlu dijaga kondisi kerja perpustakaan tetap stabil, ada keadilan, dan dijauhkan jangan sampai bawahan merasa takut pada atasan. Bahkan semoga tidak terjadi bahwa pimpinan justru takut pada bawahan. Untuk itu, pimpinan harus adil kepada seluruh kelompok kerja perpustakaan. Pimpinan perlu menghargai karyawan yang berprestasi, memberikan peringatan karyawan yang memiliki kinerja yang kurang baik, serta memberikan hukuman kepada mereka yang melakukan pelanggaran berat.
d. Struktur organisasi
Penyusunan struktur organisasi sebenarnya dimaksudkan untuk melancarkan tugas, kewajiban, tanggung jawab, dan wewenang. Dengan struktur dimaksudkan untuk mempertegas tugas, tanggung jawab, kewajiban, dan wewenang pribadi maupun kelompok. Namun demikian, pelaksanaannya sering terjadi kesalahpahaman. Bahkan ada beberapa orang/kelompok yang tidak mau mengikuti aturan organisasi. Kejadian ini bisa menjadi konflik berkepanjangan bahkan sangat mungkin munculnya pimpinan atau kepemimpinan tandingan.
Ekspresi konflik
Kemudian perlu dipahami bahwa konflik bisa diekspresikan secara jelas, pasif.agresif, bahkan bisa tersembunyi.
1. Jelas
Konflik jenis ini disebut juga sebagai konflik terbuka. Sebab, koflik ini diekspresikan secara terbuka seperti berupa ejekan, teriakan, celaan, unjuk rasa, bahkan bisa dalam bentuk tindakan kekerasan. Mereka saling mengejek, mencaci maki, berteriak-teriak sebelum pertandingan dimulai misalnya. Dalam pertandingan sepak bola misalnya, para bobotoh (supporter) saling mencaci maki,mengejek, saling melempar botol bahkan batu sebelum, saat, atau setelah pertandingan.
2. Pasif
Konflik pasif ini diekspresikan dalam perilaku diam, tidak mau bekerja sama, sering membolos, datang terlambat, pulang lebih awal. Bahkan kadang mereka itu memboikot rencana kerja
3. Agesif
Konflik ini ditunjukkan secara agresif, misalnya dalam bentuk sopan santun yang dibuat-buat. Mereka tidak mau bicara, bahkan menolak kalau diajak makan. Konflik semacam ini dalam bahasa Jawa disebut ngambek.
4. Tersembunyi
Konflik ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari konflik yang ditunjukkan secara agresif, namun dalam ekspresinya tidak terus terang. Ekspresi konflik tersembunyi ini dalam bentuk komentar yang bernada merendahkan, melecehkan, menghina, mengkritik yang tidak proprorsional, dan terus menerus mencari kesalahan
Lasa Hs.