Prof. Hj. Siti Baroroh Baried merupakan seorang akademisi dan tokoh perempuan Indonesia. Beliau lahir di Kauman, Yogyakarta pada 23 Mei 1923. Beliau berkerabat dekat dengan Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan. Ayahnya, H. Tamim bin Dja’far, merupakan keponakan dari Nyai Ahmad Dahlan. Sejak muda Siti Baroroh memiliki semboyan ”Hidup saya harus menuntut ilmu”. Tidak heran pada tanggal 27 Oktober 1964 di usianya yang masih 39 tahun beliau diangkat sebagai Guru Besar Fakultas Sastra UGM dan sekaligus menjadi guru besar perempuan pertama. Beliau juga disebut sebagai adalah profesor perempuan pertama di Indonesia.
Siti Baroroh tidak hanya aktif di dunia perkuliahan. Beliau juga aktif di berbagai organisasi seperti MUI Pusat dan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Selain itu beliau menjadi satu-satunya ketua PP ‘Aisyiyah yang paling lama menjabat yakni selama 5 periode berturut-turut yakni dari tahun 1965 sampai 1981. Siti Baroroh Baried berandil besar dalam membangun 'Aisyiyah. Tak cuma lama menjabat sebagai ketua umum, beliau juga memperkenalkan organisasi otonom bagi wanita Muhammadiyah yang berdiri sejak 19 Mei 1917 ini ke seantero dunia. Siti Baroroh selalu membawa nama 'Aisyiyah ke forum-forum global sekaligus menjalin relasi dengan badan-badan internasional macam UNICEF, UNESCO,WHO, The Asia Foundation, World Conference of Religion and Peace, UNFPA, UNDP, World Bank, dsb.
Sebelum menjadi ketua umum, beliau pernah menjabat sebagai Ketua Biro Hubungan Luar Negeri di 'Aisyiyah. Sebagai lulusan Universitas Al Azhar Mesir, jaringan Siti Baroroh memang luas. Beliau kerap diundang ke berbagai acara internasional, salah satunya dalam seminar di Havard University, AS di mana Siti Baroroh menyampaikan materi “Aisyiyah and The Social Change Woman of The Indonesian” (Suara ?Aisyiyah, Volume 76, 1999: 9). Berkat berbagai prestasi dan kampanye yang telah dilakukan, tidak sedikit peneliti maupun akademisi dari berbagai perguruan tinggi di dunia tertarik untuk mempelajari tentang 'Aisyiyah.
Siti Baroroh juga memiliki kepedulian tinggi akan pendidikan. Saat memimpin ‘Aisyiyah beliau memperjuangkan hak pendidikan bagi perempuan. Bagi beliau perempuan berhak mendapat pendidikan guna meningkatkan harkat dan martabat. Beliau juga percaya bahwa perempuan harus mengenyam pendidikan sejak usia dini. Berkat rintisannya, Aisyiyah kini mengelola sekitar 4.500 amal usaha di bidang pendidikan yang terdiri dari tempat penitipan anak, kelompok bermain, pendidikan untuk anak usia dini, hingga sekolah tinggi. Selain itu, Aisyiyah juga memiliki berbagai amal usaha lain di bidang kesehatan, sosial, ekonomi, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Siti Baroroh berharap melalui berbagai lembaga pendidikan tersebut para perempuan bisa memiliki pendidikan yang setara, bahkan melampaui, laki-laki. Dirinya pun mendukung para perempuan membangun karier di luar rumah. Walaupun begitu, Siti menekankan perempuan tetap harus ingat akan kodratnya sebagai perempuan. Baginya, emansipasi yang tepat adalah ketika perempuan dapat mengembangkan dirinya sembari tetap mempertahankan kodratnya sebagai perempuan sesuai perintah Al-Quran.
Siti Baroroh tetap aktif di ‘Aisyiyah hingga akhir hayatnya. Ketika wafat pada usia 74 tahun pada 9 Mei 1999, beliau masih menjabat sebagai penasihat PP Aisyiyah dan Pemimpin Umum Majalah Suara Aisyiyah. Kini perjuangan dari seorang Prof. Hj. Siti Baroroh Baried dalam emansipasi wanita telah dilanjutkan oleh para penerusnya.
Referensi:
Iswara N Raditya (2018). Siti Baroroh Baried, Profesor Perempuan Pertama. Diakses pada 15 Januari 2022 dari https://tirto.id/cKu9
Mohammad Nurfatoni (2020). Siti Baroroh Baried, Profesor Wanita Pertama yang Tak Lupa Kodratnya. Diakses pada 15 Januari 2022 dari https://pwmu.co/167266/11/03/siti-baroroh-baried-profesor-wanita-pertama-yang-tak-lupa-kodratnya/